Selasa, 11 Oktober 2011

DEPRESI


DEPRESI
      Pagi itu aku berangkat kesekolah sekitar 06.30 wib. Sesampai di sekolah aku mengikuti jam pelajaran hungga aku kembali kerumah dan berkumpul bersama ayah dan ibuku. Namun demi-demi hari ayah dan ibuku selalu bertengkar entah apa alasan yang jelas. Aku merasa keluargaku tidak stabil seperti dulu lagi dan hanyalah pertengkarn yang ada setiap hari. “ayah bertanya kepada ibu : Kenapa kamu mengurus anak saja tidak bisa..? “ibu menjawab : Enak saja kamu ngomong kamu sendiri juga tidak memikirkan anak kita. Dalam hati aku menangis dan bertanya kepada diriku sendiri : kenapa aku selalu merpotkan orangtuaku. Aku terbelit dengan persoalan ayah dan ibuku yang saling menyalahkan. Malam itu air mataku terus mengalir membasahi pipiku dan perasaan pilu,serba salah menghampiriku. Pagi harinya aku melakukan kerutinanku untuk berangkat kesekolah. Pada waktu perjalanan kesekolah hatiku merasa tidak enak mengingat perseturuan antara ayah dan ibu tadi malam. Entah bagaimana aku mencari jalan keluarnya. Sesampai disekolah aku hanya terdiam seperti orang sakit. Waktu guru mengajar pun aku sama sekali tidak consent. Apa yang guru ajarkan sama sekali tidak masuk dalam pikiranku karna aku selalu teringat kejadian tadi malam. Setalah jam sekolah usai aku berkemas-kemas dan kembali kerumah. Namun pada waktu keluar dari kelas hatiku masih trauma mengingat orangtuaku yang sama sekali tidak memikirkan aku lagi. Namun apa boleh buat aku harus segera pulang kerumah. Sesampai dirumah jantungku berdetak kencang karna ibuku telah membereskan barang-barangnya. “ibu mai kemana..?tanyaku..! “ibu mau pulang kerumah ibu”!
“kenapa ibu pulang kerumah ibu..?tanyaku..!  “ibu sudah tidak tahan dengan perlakuan ayah kamu terhadap ibu. Ayah kamu selalu menyalahkan ibu karna tidak bisa mendidik kamu, mengatur kamu, lantaran kesibukan ayah dan ibu. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu di luar rumah dan setelah kubuka pintunya ternyata dia adalah ayah dengan wajah yang merah dan marah-marah entah apa alasanya. Ayah beranjak kekamar menghampiri ibu yang sedang membereskan barangnya. Saat ayah melihat ibu yang sedang membereskan barang iba-tiba ayah langsung manampar ibu “Mau kemana kamu..? Tanya ayah! “ibu  : aku mau pulang(dengan suara yang lantang) karna kamu selalu memberatkan anak kita kepada aku(ibu).
“ayah : kamu ini wanita apa..? harusnya kamu sebagai ibu dapat memberi contoh yang baik(sambil menampar ibu lagi) pokoknya kamu tidak boleh pulang dan kamu harus menuruti apa perintahku(ayah). Aku sendiri langsung berlari kekamar dan menangis melihat perlakuan orang tuaku. Aku berdoa kepada tuhan minta kebaikan kepada keluargaku. Namun na’as tuhan belum mengabulkan permintaanku. Hari esoknya tiba-tiba aku mendengar keributan antara ayah dan ibu. Dan kali ini diluar dugaanku ibu berkata kepada ayah untuk meminta ayah untuk cerai. Hatiku serasa hancur berkeping-keping air mataku mengalir deras tanpa kusadari. Dan anehnya ayah malah meng’iya’kan perceraiaan itu. Setelah itu waktu menunggu persidangan ibu berkata kepadaku : Kamu jadi laki-laki jangan seperti ayahmu yang selalu menyalahkan orang lain” aku pun hanya terdiam mendengar ucapan ibu itu..! sesampai di persidangan raut wajah ayah dan ibu pun sangat menyebalkan seperti melihat lawanya saja..! sesudah orangtuaku resmi cerai aku pun bingung aku mau ikut ayah atau ibu(dalam pikirku) namun pikiranku itu berkata lain ayah dan ibuku tidak mau menganggap aku sebagai anak lagi. Aku pun merasa bingung kenapa nasibku seperti ini dan aku sekarang hanya bisa menjadi anak jalanan dengan kehidupan yang keras. Pada suatu hari aku melihat ayah berjalan dengan wanita lain. Sebelumnya aku tidak percaya kalau itu ayah tapi setelah aku perhatikan ternyata benar itu ayah. Hatiku semakin hancur luluh melihatnya. Aku pun beranjak pergi tak kuat melihatnya. Pada saat berjalan aku melihat anak jalanan dan mereka memanggilku. Pikiranku semakin campur aduk antara takut dan sedih. Entah mau apa mereka memanggilku. “aku bertanya : ada apa mas? Tanyaku..! mereka menjawab : kamu sini dulu duduk sini dulu sambil ngobrol bareng kita. Mereka bertanya kepadaku “kamu anak jalanan ya? “aku jawab : iya. Berarti kita sama donk.(ungkapnya). Kamu disini sama siapa? Tanyanya..! aku menjawab : saya sendirian mas semenjak di tinggak kedua orangtuaku. “bagaimana kalau kamu ikut gabung sama kita..?tanyanya..! aku jawab dengan perasaan gembira : iya saya mau..! mereka berkata kepadaku bahwa mereka menjadi anak jalanan tidak hanya beda dengan aku kebanyakan keluarga mereka broken home seperti aku. Namun baru disini aku menemukan kebahagiaan yang sebelumnya perasaan sedih dan luka menghampiriku

0 komentar:

Posting Komentar