Selasa, 11 Oktober 2011

keberhasilanku tanpa seorang ibu.


keberhasilanku tanpa seorang ibu.
                                                         Karya : Didit prasetyo


Tubuhku terbaring diatas tumpukan kardus dan ditemani sayup – sayup udara yang dingin di pagi itu. Ku tengok kebelakang. “ lhooooo ! ibu kox sudah gak adha, pasti ibu sudah berangkat dan aku ditinggal lagi” ujarku. Langsung saja aku mengambil handuk dan segera lekas mandi. Segera aku mengambil sepeda buntutku untuk segera pergi kesekolah. Sampainya disekolah aku ketemu Rara, ia adalah teman yang paling baik dan selalu menolongku ketika aku dilanda musibah.
“ pagy ra’ baru berangkat yach …! Ujarku sambil tersenyum.
“ pagy jua tow ‘ iyach nie abis aku tadi dianter papahku.
“teeeeeeeeeeetttttttt…………teeeeeeettttttttttttt…….teeeetttt” ( bunyi bel masuk kelas )
Sebelum masuk kelas seperti biasa kami siswa – siswi SMA diwajibkan untuk berdoa terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.
            Aku duduk dimeja paling belakang karna seorang anak miskin seperti aku ini selelau ditindas oleh anak - anak orang kaya. Aku dapat sekolah disini karna aku mendapatkan beasiswa. karna aku selalu mendapatkan peringkat 3 besar terus. Dan aku juga pernah mewakili lomba sains tingkat propensi tapi sayang aku hanya bisa mendaptka juara 5. Terkadang kala mereka selalu mencemo’oh dan mengejek ku. Aku ingat pada perkataan ayah dimana sebelum beliau meninggal . “ to, sini nak’ ujarnya menahan sakit, matanya menatapku dengan berlinangan air mata ‘ nak , kamu harus bangga dengan apa yang kamu miliki sekarang’ janganlah kamu sekali – kali mengeluh dan kamu harus rajin belajar. Agar cita – cita kamu tercapai” itu kalimat yang selalu aku jadikan pedoman untuk terus maju dan giat belajar supaya cita – citaku dapat tercapai. Ayah selalu mengajarkanku sikap sopan santun, tidak sombong selalu menolong satu sama lain walaupun sebenarnya kita juga butuh pertolongan.
            Pada saat pelajaran bahasa Indonesia kita disuruh membuat kelompok maksimal 4 orang. Disinilah hal yang paling kutakutkan terjadi. Soalnya dari 20 siswa hanya ada satu orang yang mau gabung menjadi kelompok bersamaku, dia adalah Rara.
“ hei , sudah berapa kali ku bilang ? ujar rio dengan suara keras, jangan dekat – dekat dengan rara’ lihat saja kalau kamu berani ngapa – ngapain rara bakal kuhajar kamu habis – habisan.Rio adalah anak seorang pengusaha kaya. Ia sangat berkuasa disekolahan ini karna ayahnya sangat berperan dalam pengembangan sekolah ini. Jadi maklum kalu ia sangat dihormati disini.
            Begitulah rutinitas aku sehari – hari, yang selalu dijadikan ejekan dikelas.
“ teeeetttt….teetttt….teetttt…..teeeeeeeeeetttttttttttttttttt…”
Bunyi bel terdengar ‘ itu tanda pelajaran berakhir dan semua senang. Rara pun menghampiri ku dan ia juga bilang. “ pulang sama siapa to “ ujarnya sambil tersenyum. “ ku sendirian ajah kox ‘ mang adha apha ra “ sambil memasukan buku kedalam tas ‘ aku pulang sama kamu yach, soalnya papah ku loem jemput dan ku tidak dijemput’ iyach tapi kamu pa gak malu naik sepedha butut bersamaku.” ‘ mengapa harus malu ‘ ujarnya sambil tersenyum.
            Akhir – akhir ini , kami selalu bersama bukan hanya pulang sekolah saja. Ia juga sering mentraktir ku makan dan sering mengajakku untuk belajar bersama. Sungguh ini adalah hal yang paling terindah dalam hidupku. Entah bagaimana, aku merasa tersanjung dan simpati pada anak muda itu, meski dalam hati bercampur rasa was – was kalau dia tidak mungkin mau sama anak miskin kaya aku ini dan apalagi ada roni yang ngebet banget pengen jadian ama Rara.
            Siang itu aku pulang dan melihat ibu sedang memilah – milah barang bekas yang akan dijual kepengepul.ibu sangat berjasa dalam hidupku. Karna ibulah yang menjadi tulang punggung keluarganya setelah ayah tiada.
“ baru pulang nak”, ujarnya ‘ iyach bu, ibu istirahat saja, biar ini aku yang kerjakan. Ibu sudah makan kan” boro – boro towhh nak. Ibuk gak masak soalnya ibu gak punya duit untuk beli beras, jadi ibu ndak masak.
            Ketika aku mendengar ucapan ibu tadi, nafasku sedikit tersentak dan rasanya jantungku berhenti sejenak. Ku mulai sadar tak mudah untuk menjadi orang yang sukses tapi butuh pengorbanan dan kerja keras. Setelah selesai memilah – milah barang bekas. Aku bergegas pergi ke pasar. Aku disana bekerja sebagai kuli angkut. Setiap hari paling tidak aku dapat membawa uang ± Rp. 20.000. itu pun kalau pasar sedang ramai. Ku duduk diatas tingkat pasar.
“ Hei jangan melamun dan cemberut saja “ sebuah suara mengusik dan teriang ditelingaku. Aku berdiri dan mencari dimana suara itu berasal. Segera aku mengikuti kakek – kakek yang mengusik ku tadi. Semua bilang kalau orang itu adalah bekas pengusaha kaya yang bangkrut karna kesombonganya. Aku tak tau siapa nama kakek itu. Tapi semua orang memanggilnya dengan sebutan pak raden, karna kumisnya yang lebat sehingga dia dijuliki pak raden.
“ pak , kita mau kemana ? ujarku sambil menunggu jawaban dari pak raden, “ sudah diam saja akan kuajak kau untuk mengenal apa itu arti  KEMISKINAN.” Ujarnya .
            Aku dibawa kesalah satu tempat yang agak asing dimana disitu banyak rumah – rumah dan smapah – sampah berserakan. Aku berfikir dalam hati ternyata masih ada yang lebih miskin dari pada aku. Pak raden pun memberi bekal ilmu menjadi orang yang sukses dikemudian hari. Denga ilmu yang diberikan pak raden akan kujalankan dan akan ku buktikan kepada ibu bahwasana aku bisa  menjadi pengusaha kaya.
            Setelah beberapa bulan berlalu aku lulus SMA dan alhamdulilah aku diterima di salah satu perusahaan swasta. Aku bekerja keras demi ibu. Aku rela mengorbankan apa pun demi ibu. Karna ibu merupakaan salah satu perempuan yang sangat berjasa bagiku. Setelah beberapa bulan bekerja aku dipindah tugaskan ke kantor pusat dijakarta. Aku harus rela meninggalkan ibu sendirian. Tapi aku berjanji setelah aku pulang dari Jakarta aku akan membuatkan ibu rumah yang layak, bukan rumah kumuh yang sementara ditinggali ibu itu.
“ to ,anakku ati – ati disana, jangan lupa salat dan berdoa. Jangan macam – macam disana “ujarnya sambil menangis, rasanya tidak sanggup melihat ibu sendirian disini apalagi kalau hujan, rumah serasa sungai atap pada bocor, kedinginan. Tapi ini demi ibu , aku kesana demi ibu , untuk membahagiakan ibu.
“ bu. Doakan ku disana semoga aku dapat rejeki yang banyak dan dapat bekerja dengan baik “ sambil memeluk ibu.
            Setelah beberapa bulan aku bekerja aku mendapatkan gaji. Dan aku bergegas mengirimkanya ke ibu tak lupa aku menulis sehelai surat untuknya. Didalam surat itu aku menulis akan kerinduanku dan kesayanganku pada ibu.esok hari aku menerima surat balik dari ibu yang berisi “ ibu baik – baik saja nak , kamu disana bagaimana ? “ kurang lebih itulah isi surat balasan dari ibu.
            Pada pertengahan bulan aku dinaiakn pangkat yang dulunya karyawan biasa sekarang aku sudah menduduki tingkat manager. Aku juga sudah bisa memiliki rumah sendiri, mobil dengan uangku sendiri.  Berita gembiri inipun aku sampaikan ke ibu dengan mengirimkanya surat. Tapi setelah beberapa minggu aku sudah tidak menerima surat balasan dari ibu lagi. Aku sempat heran dan gelisah mengetahui suratku tidak dibalas oleh ibu.
            Esok harinya aku minta izin kepada atasanku ditempat bekerja. Untuk minta cuti selama 5 hari untuk menengok dan sekaligus menjemput ibu. Aku sangat senang ketika atasanku mengizinkanku. Akan ku manfaatkan watu 5 hari itu bersama – sama ibu. Aku pulang kekampung dengan mengendarai mobil pribadi. Karna berkat kerja keras dan doa ibulah aku bisa mendapatkan semua ini.
Setelah sampainya dirumah ibu. Aku sudah tidak melihat rumah ibu yang dulu aku hanya melihat gedung – gedung yang baru dibangun. Serentak kakiku lemas dan mataku berlinangan air mata. Aku tak tau harus pergi kemana dan harus Tanya kemana keberadaan ibu. Aku berfikir siapa yang menerima dan membalas surat ku itu.
            Tak lama kemudian hadirlah sosok wanita cantik yang datang menghampiriku.
“ hei ‘ mengapa menangis “ ujarnya. “ mbak kenal dengan ibu yang dulunya tinggal dirumah gubuk itu” jawabku sambil mengusap air mata yang jatuh disela – sela mataku.’ “ ohhhh…… ibunya suroto towh mas , mang ada apa mas , dan ada urusan apa mas dengan beliau “ ‘ aku suroto ‘ aku anaknya ! ujarku”. Kulihat wanita itu kaget dan melamun ketika mengetahui bahwa suroto yang miskin dulu sekrang berpenampilan bak pengusaha kaya. Dia melihatiku dengan tatapan mata yang tajam dan sambil menatapi wajahku. Serasa dia tak percaya kalau aku “ suroto “ bisa menjadi yang sesukses ini.
“ kamu suroto… beneran kamu suroto, aku Rara to temen SMAmu dulu” sambil tersenyum “ He’emt Ra. Kamu tau dimana keberadaan ibu aku ra “ ujarku sambil gelisah. Aku menunggu jawaban dari Rara tapi kulihat wajahnya murung dan agak menundukan wajah. Tiba – tiba dia menggegam tanganku dan mengajakku kesubuah tempat dibelakang semak – semak liar. Dan aku berada tepat didepan batu nisan. “ apa maksutmu ra, aku ingin bertemu ibuku bukan malah kau ajak ketempat yang kaya ini’ ujarku serambi agak kecewa.
            “ Ini ibumu tow… ini ‘ kamu telatt ….. tow… kamu telattt “ ujarnya sambil menangis. Aku tidak tahu apa maksud Rara mengatakan kalau yang berada didalam makam itu adalah ibuku. “ ini adalah makam ibumu yang meninggal 2 bulan setelah kamu mengirimkan surat itu, setelah rumah ibumu digusur’ ia tinggal bersamaku” ketika ku mendengar ucapan dari rara. Aku seretak menangis dan berteriak “ tidak mungkin….. tidak mungkinn hahah kamu pasti bercanda ? iya kan kamu bercanda mustahil ibuku sudah tiada pasti kamu sedang merencanakan sesuatu ‘ ngaku ajah deh ra “ ujarku tertawa sambil menangis.
            Hal ini mustahil ketika ku harus kehilangan orang yang kusayang selama ini. Ku berteriak sekencang – kencangnya dan berkata “” ibuuuuuuuuuuuuuuuuu…..buuuuuu bangunnn’ mengapa ibu pergi terlalu cepat, apa arti semua ini bu, aku sudah bisa beli rumah , mobil ini semua untuk ibu, tapi mengapa ibu tega meninggalkanku ! buuu bangunnnn “ sambil merangkul batu nisan ibu.
            Rara pun menangis ketika ia melihatku sedih dan ia mengajaku untuk kerumahnya. Tak berapa lama aku menceritakan semua isi hatiku ke rara pada sore itu.
“, aku ni anak durhaka ra, gak tau balas budi dan gak bisa bahagian orang tua. Apa arti semua ini kalau ibu tidak bisa meningmatinya. Aku begini karna ibu aku dapat semua ini karna doa ibu. Rasanya aku ingin kembali ke suroto yang dulu lagi miskin, tapi masih bisa melihat wajah ibu tersenyum, tapi setelah aku mendapatkan segalanya malah aku yang ditinggal ibu, seandainya aku bisa memutar waktu. Aku tidak mau meninggalkan ibu lebih baik aku hidup susah bersama ibu dari pada aku hidup senang tapi ibu menderita dialam sana.
            Aku harus relakan kepergian ibu. Ibu adalah segalanya bagiku dan orang yang sangat berjasa dalam hidup ini adalah ibu. Mengapa ia harus meninggalkanku secepat ini ? mungkin ini adalah jalan Tuhan. Padahal selama ini aku ingin selalu disamping ibu. aku melepas rindu dengan datang kepemakaman ibu siang itu. “ ibuu, ini aku surotoo , aku anak ibu ‘ bangun buuuu ! jangan mati ,aku masih ingin melihat ibu lagy, aku ingin bahagian ibu, ini anakmu buu ! aku berdoa kepada Tuhan. “ , oh Tuhan berilah aku kesempatan sekali lagi untuk membahagiakan ibu, aku selama ini bekerja keras demi ibu, untuk ibu dan kenangan ini akan menjadi memori yang tak pernah kulupakan. Kesuksesan tanpa seorang ibu tiadalah gunanya.
 

0 komentar:

Posting Komentar